lcRoHgqPZjWs3J6831YqB9z8W93RGUPK8UWFVz3x
Bookmark

MACAM-MACAM/JENIS PENELITIAN


Oleh Ami Priatna, S.Sos., M.Si

1. Penelitian Historis (Historical Research)

Penelitian historis (historical research) adalah penelitian yang dimaksudkan untuk merekonstruksi kondisi masa lampau secara objektif, sistematik, dan akurat. Melalui penelitian ini, bukti-bukti dikumpulkan, dievaluasi, dianalisis, dan disintesiskan. Selanjutnya, dirumuskan kesimpulan berdasarkan bukti-bukti itu. Adakalanya penelitian historis digunakan untuk menguji hipotesis tertentu. Misalnya, hipotesis mengenai dugaan adanya kesamaan antara (sejarah perkembangan) prosedur “diagnosis” dalam sistem pengobatan secara tradisional jaman dulu dan (relevansinya) dengan kenyataan proses “diagnosis” saat ini. Contoh lain adalah Studi mengenai Tari Bali, (Sebuah Telaah Historis/Lintas Sejarah): “Tari Bali sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakatnya. Sejak jaman primitif, pra-Hindu, feodal hingga kini tari Bali terus dikembangkan dengan kurangnya ide-ide para seniman penciptanya, tetapi ia betul-betul hadir dan menjadi suatu kebutuhan di dalam roda kehidupan. Ia hadir dalam lintasan sejarah dan membentuk komunitas yang khas. Corak tari Bali memang unik. Perpaduan antara kepercayaan masyarakatnya, Hinduisme, Budhisme, dan unsur-unsur kebudayaan luar, membuat tari Bali mempunyai corak khas dan mengundang para sejarawan untuk meneliti, dan menawarkan panorama estetis bagi wisatawan”.

Dengan pekataan lain, penelitian yang berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu. Penelitian ini tidak mungkin mengamati kejadian yang akan diteliti. Walaupun demikian sumber datanya bisa primer, yaitu orang yang terlihat langsung dalam kejadian itu, atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian itu.

Tujuan penelitian sejarah adalah untuk merekonstruksi kejadian-kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif, melalui pengumpulan, evaluasi, verifikasi, dan sintesa, sehingga dapat ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan. Namun demikian kesimpulan yang diperoleh sifatnya masih hipotesis.

Pengertian yang lebih khusus, sebagaimana dikemukakan Gilbert J Garraghan, bahwa metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalambentuk tertulis. Senada dengan pengertian ini, Louis Gottschalk menjelaskan metode sejarah sebagai proses menguji dan menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik dan dapat dipercaya, serta usaha sintesis atas data semacam itu menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya. Berdasarkan pengertian di atas, para ahli ilmu sepakat untuk menetapkan empat kegiatan pokok di dalam cara meneliti sejarah. Istilah-istilah yang dipergunakan bagi keempat langkah itu berbeda-beda tetapi makna serta maksudnya sama. Menurut Gottschalk misalnya, mensistematisasikan langkah-langkah itu sebagai berikut:
  • Pengumpulan objek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan tertulis dan lisan yang relevan;
  • Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak otentik;
  • Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan yang otentik;
  • Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi kisah atau penyajian yang berarti.

Ciri yang menonjol dari penelitian historis adalah :

  1. aPenelitian historis lebih bergantung kepada data yang diobservasi orang lain dari pada yang diobservasi oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yang menganalisis keotentikan, ketepatan, dan pentingnya sumber-sumbernya.
  2. Penelitian historis haruslah tertib ketat, sistematis, dan tuntas; seringkali penelitian yang dikatakan sebagai suatu “penelitian historis” hanyalah koleksi informasi-informasi yang tak layak, tak reliabel, dan berat sebelah.
  3. Penelitian historis tergantung kepada dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber primer, yaitu Si peneliti (penulis) secara langsung melakukan observasi atau menyaksikan kejadian-kejadian yang dituliskan. Data sekunder diperoleh dan sumber sekunder, yaitu peneliti melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya. Di antara kedua sumber itu, sumber primer dipandang sebagai memiliki otoritas sebagai bukti tangan pertama, dan diberi prioritas dalam pengumpulan data.
  4. Untuk menentukan bobot data, biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menanyakan “apakah dokumen relik itu otentik”, sedang kritik internal menanyakan “Apabila data itu autentik, apakah data tersebut akurat dan relevan?”. Kritik internal harus menguji motif, keberatsebelahan, dan keterbatasan si penulis yang mungkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu dan memberikan informasi yang terpalsu. Evaluasi kritis inilah yang menyebabkan “penelitian historis” itu sangat tertib-ketat, yang dalam banyak hal lebih dibanding dari pada studi eksperimental.
  5. Walaupun penelitian historis mirip dengan penelaahan kepustakaan yang mendahului lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan historis adalah lebih tuntas, mencari informasi dan sumber yang lebih luas. “Penelitian historis” juga menggali informasi-informasi yang lebih tua dari pada yang umum dituntut dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan-bahan tak diterbitkan yang tak dikutip dalam bahan acuan yang standar.

Langkah pokok untuk melaksanakan penelitian historis sebagai berikut:

  • Definisi masalah. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada diri sendiri:

    1. Apakah cara pendekatan historis ini merupakan yang terbaik bagi masalah yang sedang digarap?
    2. Apakah data penting yang diperlukan mungkin di dapat?
    3. Apakah hasilnya nanti mempunyai cukup kegunaan?

  • Rumuskan tujuan penelitian dan jika mungkin, rumuskan hipotesis yang akan memberi arah dan fokus bagi kegiatan penelitian itu.
  • Kumpulkan data, dengan selalu mengingat perbedaan antara sumber primer dan sumber sekunder.
  • Suatu keterampilan yang sangat penting dalam penelitian historis adalah cara pencatatan data : dengan sistem kartu atau dengan sistem lembaran, kedua duanya dapat dilakukan.
  • Evaluasi data yang diperoleh dengan melakukan kritik eksternal dan kritik internal.
  • Tuliskan laporan.

2. Penelitian Deskriptif (Descriptive Research)

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Ciri yang menonjol dan penelitian deskriptif adalah sebagai berikut : Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandaan (deskripsi) mengenai situasi atau kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan, melakukan test hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode deskriptif. Dengan perkataan lain Penelitian deskriptif dapat disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian.

Metode deskriptif juga dapat diterjemahkan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Oleh karena itu, pada tahap ini metode deskriptif tidak lebih daripada penelitian yang bersifat penemuan fakta-fakta seadanya (fact finding). Hal ini sejalan dengan pendapat seorang ahli bahwa: “Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya”. (Best, 1982).

Dalam metode deskriptif penemuan gejala-gejala itu berarti juga tidak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan hubungan antara satu dengan yang lain dalam aspek-aspek yang diselidiki. Dalam hal ini metode deskriptif sesungguhnya tidak hanya sebatas menemukan dan mengumpulkan data dan informasi semata, tapi juga melakukan analisis dan interpretasi terhadap data dan informasi secara komprehensif, sehingga diperoleh makna yang signifikan dalam memecahkan masalah yang diteliti. Hal ini sejalan dengan pendapat seorang ahli bahwa: “Dengan metode deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal”. (West, 1982).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi dan atau perbandingan berbagai variabel. Artinya, variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dari satu variabel.

Kesimpulan : Penelitian deskriptif merupakan penelitian dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya. sedangkan, metode deskriptif merupakan langkah penelitian yang ditujukan untuk menginterpretasikan berbagai gejala yang terdapat dalam masalah penelitian.

Langkah-langkah Penelitian Deskriptif

  1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.
  2. Membatasi dan merumuskan permasalahn secara jelas.
  3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
  4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.
  5. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.
  6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menetukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen pengumpul data, dan menganalisis data.
  7. Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan.
  8. Membuat laporan penelitian.

3. Penelitian Perkembangan (developmental research)

Penelitian pengembangan merupakan suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektivitas.

Tujuan penelitian perkembangan adalah untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu. Beberapa contoh penelitian perkembangan yang lazim dilakukan:
  • Studi-studi longitudinal mengenai pertumbuhan yang secara langsung mengukur sifat-sifat dan laju perubahan-perubahan pada sampel sejumlah anak pada taraf-taraf perkembangan yang berbeda-beda.
  • Studi-studi cross-sectional yang mengukur sifat-sifat dan laju perubahan-perubahan pada sejumlah sampel yang terdiri dari kelompok-kelompok umur yang mewakili taraf perkembangan yang berbeda-beda.
  • Studi-studi kecenderungan yang dimaksudkan untuk menentukan pola-pola perubahan di masa lampau agar dapat meramalkan pola-pola dan kondisi-kondisi di waktu yang akan datang.

Ciri penelitian perkembangan yang menonjol sebagai berikut:

  1. Penelitian perkembangan memusatkan perhatian pada studi mengenai variabel-variabel dan perkembangannya selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Tugasnya adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan pola-pola pertumbuhannya, lajunya, arahnya, perurutannya, dan bagaimana berbagai faktor berhubungan satu sama lain dan mempengaruhi sifat-sifat perkembangan itu.
  2. Masalah sampling dalam studi longitudinal adalah kompleks karena terbatasnya subyek yang dapat diikuti dalam waktu yang lama; berbagai faktor mempengaruhi atrisi dalam studi longitudinal. Lebih dan itu, sekali dimulai, metode longitudinal tidak memungkinkan perbaikan dalam hal-hal teknis tanpa kehilangan kontinuitas metode itu.
  3. Studi-studi cross-sectional biasanya meliputi subyek lebih banyak, tetapi mencandra faktor pertumbuhan yang lebih sedikit dari pada studi longitudinal. Walaupun metode longitudinal itu adalah satu-satunya metode langsung untuk mempelajari perkembangan manusia, namun cara pendekatan cross-sectional lebih murah dan lebih cepat karena kurun waktu yang panjang diganti oleh pengambilan sampel dan berbagai kelompok umur. Dalam metode cross sectional soal sampling adalah rumit. Untuk membuat generalisasi intrinsik mengenai pola perkembangan dan sampel anak-anak dan perurutan umur ini mengandung risiko mencampuradukkan perbedaan-perbedaan antar kelompok yang timbul dan proses sampling.
  4. Studi kecenderungan mengandung kelemahan bahwa faktor-faktor yang tak dapat diramalkan mungkin masuk dan memodifikasi atau membuat kecenderungan yang didasarkan masa lampau menjadi tidak sah. Pada umumnya, ramalan untuk masa yang panjang adalah hanya educated guess, sedang ramalan untuk waktu yang pendek lebih reliabel dan lebih valid.

Langkah pokok yang harus dilakukan dalam penelitian perkembangan:

  1. Definisikan masalahnya atau rumuskan tujuan-tujuannya.
  2. Lakukan penelaahan kepustakaan untuk menentukan garis dasar informasi yang ada dan memperbandingkan metodologi-metodologi penelitian, termasuk alat-alat yang telah ada dan teknik-teknik pengumpulan data yang telah dikembangkan.
  3. Rancangan cara pendekatan.
  4. Kumpulkan data.
  5. Evaluasi data yang terkumpul
  6. Susun laporan mengenai hasil evaluasi itu.

4. Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study And Field Research).

Penelitian kasus dan penelitian lapangan merupakan metode penelitian yang menekankan pada suatu kasus atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang. Selain itu, metode penelitian kasus dan penelitian lapangan juga menekankan pada obyek tertentu dari kasus atau peristiwa tertentu yang sedang berlangsung.

Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat. Contoh penelitian kasus dan penelitian lapangan yang umum dilaksanakan :
  • Studi-studi yang dilakukan mengenai perkembangan kognitif pada anak-anak.
  • Studi secara mendalam mengenai seorang anak yang mengalami ketidakmampuan belajar yang dilakukan oleh seorang ahli psikologi.

Ciri utama yang menonjol adalah:

  1. Penelitian kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut. Tergantung kepada tujuannya, ruang lingkup penelitian itu mungkin mencakup keseluruhan siklus kehidupan atau hanya segmen-segmen tertentu saja; studi demikian itu mungkin mengkonsentrasikan diri pada faktor-faktor khusus tertentu atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor dan kejadian-kejadian.
  2. Dibanding dengan studi survei yang cenderung untuk meneliti sejumlah kecil variabel pada unit sampel yang besar, studi kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil tetapi mengenai variabel-variabel dan kondisi-kondisi yang besar jumlahnya.

Keunggulan yang utama dan penelitian kasus sebagai berikut:

  1. Penelitian kasus terutama sangat berguna untuk informasi latar belakang guna perencanaan penelitian yang lebih besar dalam ilmu-ilmu sosial. Karena studi yang demikian itu intensif sifatnya, menerangi variabel yang penting, proses, dan interaksi, yang memerlukan perhatian yang lebih luas. Penelitian kasus itu merintis dasar baru dan sering kali merupakan sumber hipotesis-hipotesis untuk penelitian lebih jauh.
  2. Data yang diperoleh dan penelitian kasus memberikan contoh yang berguna untuk memberi ilustrasi mengenai penemuan yang digeneralisasikan dengan statistik.

Kelemahan penelitian kasus meliputi:

  1. Karena fokusnya yang terbatas pada unit-unit yang sedikit jumlahnya, penelitian kasus itu terbatas sifat representatifnya. Studi yang demikian itu tidak memungkinkan generalisasi kepada populasinya, sebelum penelitian lanjutan yang berfokus pada hipotesis tertentu dan menggunakan sampel yang layak selesai dikerjakan.
  2. Penelitian kasus terutama sangat peka terhadap keberatsebelahan subyektif. Kasusnya sendiri mungkin dipilih atas dasar sifat dramatiknya dan bukan atas dasar sifat khasnya. Sejauh pendapat selektif menentukan apakah data tertentu diikutsertakan atau tidak, atau memberikan makna tinggi atau rendah, atau menempatkan data tersebut dalam konteks tertentu dan bukan pada konteks yang lain, maka interpretasi subyektif akan mempengaruhi hasilnya.

Langkah pokok yang harus dilakukan untuk melaksanakan penelitian kasus meliputi:

  1. Rumuskan tujuan yang akan dicapai. Apakah yang dijadikan unit studi itu dan sifat-sifat, saling hubungan serta proses yang mana yang akan menuntun penelitian?.
  2. Rancangan cara pendekatannya. Bagaimana unit-unit itu akan dipilih? Sumber data mana yang tersedia? Metode pengumpulan data mana yang akan digunakan?.
  3. Kumpulkan data.
  4. Organisasikan data dan informasi yang diperoleh itu menjadi rekonstruksi unit studi yang koheren dan terpadu secara baik.
  5. Susunlah laporannya dengan sekaligus mendiskusikan makna hasil tersebut.

5. Penelitian Korelasional (correlational research)

Penelitian korelasional berhubungan dengan penilaian hubungan antara dua atau lebih fenomena. Dalam hal ini, penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

Contoh penelitian korelasional yang umum dilakukan:

  • Studi yang mempelajari saling berhubungan antara skor pada test masuk perguruan tinggi indeks prestasi.
  • Studi secara analisis faktor mengenai beberapa test kepribadian.

Ciri penelitian korelasional meliputi:

  1. Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasikan.
  2. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling berhubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
  3. Apa yang diperoleh adalah taraf atau tinggi rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
  4. Hal berbeda misalnya dengan penelitian eksperimental, yang dapat memperoleh hasil mengenai ada atau tidak adanya efek tertentu.

Langkah pokok dalam melaksanakan penelitian korelasional adalah:

a. Definisikan masalah.
b. Lakukan penelaahan kepustakaan.
c. Rancangkan cara pendekatannya:
  1. Indentifikasikan variabel-variabel yang relevan;
  2. Tentukan subyek yang sebaik-baiknya;
  3. Pilih atau susun alat pengukur yang cocok;
  4. Pilih metode korelasional yang cocok untuk masalah yang sedang digarap.
d. Kumpulkan data.
e. Analisis data yang telah terkumpul dan buat interpretasinya.
f. Tuliskan laporan.

6. Penelitian Kausal-Komparatif (Causal-Comparative Research)

Studi komparatif (comparative study) atau studi kausal komparatif (causal comparative study) merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu. Tujuan penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara : berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

Penelitian kausal-komperatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat (sebagai dependent variabel) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya. Hal ini berlainan dengan metode eksperimental yang mengumpulkan datanya pada waktu kini dalam kondisi yang dikontrol.

Contoh :

  • Penelitian mengenai faktor yang menjadi ciri pribadi yang gampang dan tidak gampang mendapat kecelakaan dengan menggunakan data yang berwujud catatan yang ada pada perusahaan asuransi.
  • Mencari pola tingkah laku dan prestasi belajar yang berkaitan dengan perbedaan umur pada waktu masuk sekolah, dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah laku dan skor test prestasi belajar yang terkumpul sampai anak-anak yang bersangkutan kelas VI SD.

Keunggulan metode kausal-komparatif 

Adalah baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu metode eksperimental, tak dapat digunakan:
  1. Apabila tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat secara langsung.
  2. Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
  3. Apabila kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dan segi etika diragukan/ dipertanyakan.

Kelemahan

Kelemahan utama setiap rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam batas pemilihan yang dapat dilakukan, penelitian harus mengambil fakta yang dijumpainya tanpa kesempatan untuk mengatur kondisi atau memanipulasikan variabel-variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang sehat, peneliti harus mempertimbangkan segala alasan yang mungkin diajukan yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil yang dicapai. Sejauh peneliti dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpulannya terhadap alternatif lain itu, dia ada dalam posisi yang secara relatif kuat.

7. Penelitian Eksperimental-Sungguhan (True-Experimental Research).

Dikatakan true experimental karena dalam desain ini peneliti dapat mengkontrol variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Ciri utama true experimental adalah bahwa sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random.

Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental, satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol (sekelompok orang dalam sebuah penelitian yang tidak menerima tes /uji yang sedang dipelajari) yang tidak dikenai kondisi perlakuan.

Contoh :

  • Penelitian untuk menyelidiki pengaruh dua metode mengajar sejarah pada murid-murid kelas III SMA sebagai fungsi ukuran kelas (besar dan kecil) dan taraf inteligensi murid (tinggi, sedang, rendah), dengan cara menempatkan guru secara random berdasarkan inteligensi, ukuran kelas, dan metode mengajar.
  • Penelitian untuk menyelidiki efek program pencegahan penyalahgunaan obat terhadap sikap murid-murid SMP, dengan menggunakan kelompok eksperimen (yang diperkenalkan dengan program itu), dan dengan menggunakan rancangan pre test-post test dimana hanya sebagian dari murid-murid itu secara random untuk menentukan seberapa besarnya perubahan sikap itu dapat dikatakan disebabkan oleh pre-testing atau oleh program pendidikan.
  • Penelitian untuk menyelidiki efek pemberian tambahan makanan di sekolah kepada murid-murid SD di suatu daerah dengan memperhatikan keadaan sosial ekonomi orang tua dan taraf inteligensi.

Ciri :

  • Pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara tertib ketat, baik dengan kontrol atau manipulasi langsung maupun dengan randomisasi (pengaturan secara rambang).
  • Secara khas menggunakan kelompok kontrol sebagai “garis dasar” untuk dibandingkan dengan kelompok (kelompok-kelompok) yang dikenal perlakuan eksperimental.
  • Memusatkan usaha pada pengontrolan variabel
  • Internal validity merupakan tujuan pertama metode eksperimental. Pernyataan yang perlu dijawab adalah: Apakah manipulasi eksperimental pada studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan?
  • Tujuan ke dua metode eksperimental adalah external validity yang menanyakan persoalan: seberapa repsentatifkah penemuan penelitian ini dan seberapa jauh hasilnya dapat digeneralisasikan kepada subyek atau kondisi yang semacam.
  • Dalam rancangan eksperimental yang klasik, semua variabel penting diusahakan agar konstan kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi. Misalnya rancangan faktoral dan analisis variabel, dapat sekaligus menggunakan lebih dan satu kelompok eksperimental.

Hal-hal yang demikian itu memungkinkan untuk secara serempak menentukan :

    • Efek variabel bebas utama (perlakuan),
    • Variasi yang berkaitan dengan variabel yang digunakan untuk membuat klasifikasi, dan
    • Interaksi antara kombinasi variabel bebas dan atau variabel yang digunakan untuk membuat klasifikasi tertentu.
  • Walaupun cara pendekatan eksperimental itu adalah yang paling kuat karena cara ini memungkinkan untuk mengontrol variabel-variabel yang relevan, namun cara ini juga paling nestnktif dan dibuat-buat (artificial). Ciri inilah yang merupakan kelemahan utama kalau metode ini dikenakan kepada manusia dalam dunianya, karena manusia sering berbuat lain apabila tingkah lakunya dibatasi secara artifisial, dimanipulasikan atau diobservasi secara sistematis dan dievaluasi.

8. Penelitian Eksperimental-Semu (Quasi-Experimental Research)

Penelitian quasi experimental research merupakan perkembangan dari true experimental research. Desain ini memiliki kelompok kontrol tapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar

Quasi eksperiment merupakan eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak (tidak secara random) untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan.

Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi apa yang ada pada internal validity dan external validity rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.

Internal validity adalah kesimpulan yang menyatakan adanya efek variabel bebas dalam sebuah penyelidikan ilmiah sebagai lawan dari kemungkinan bahwa beberapa variabel yang mengganggu dapat diamati. secara umum, semakin besar kontrol atas eksperimen, termasuk variabel luar, semakin besar kesahihan internal. namun, semakin besar kontrol, latarnya semakin artifisial atau tidak alami dan semakin rendah kesahihan eksternalnya.

External validity adalah representasi hasil penyelidikan atau dapatnya hasil penyelidikan itu digeneralisasi. Bracht dan Glass menyebutkan dua macam validitas eksternal, yaitu validitas populasi (population validity) dan validitas ekologis (ecological validity) (Furchan 2007). kesasihan populasi menyangkut identifikasi populasi yang akan digeneralisasi berdasarkan hasil eksperimen tersebut. Begitu pun validitas ekologis.

Contoh :

  • Penelitian untuk menilai efektivitas 3 cara mengajar konsep-konsep dasar suatu ilmu di SD apabila guru-guru tertentu dapat secara sukarela tanpa random memilih cara mengajar tertentu karena guru-guru tersebut tertarik akan bahan ajaran tersebut.
  • Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap derajat kesehatan karyawan. Desain penelitian dipilih satu kelompok karyawan. Selanjutnya dari satu kelompok tersebut yang setengah diberi perlakuan senam pagi setiap hari dan yang setengah lagi tidak. O1 dan O3 merupakan derajat kesehatan karyawan sebelum ada perlakuan senam pagi. O2 adalah derajat kesehatan karyawan setelah senam pagi selama satu tahun. O4 adalah derajat kesehatan karyawan yang tidak diberi perlakuan senam pagi, pengaruh senam pagi terhadap derajat kesehatan karyawan adalah (O2 - O1 ) – ( O4 - O3 ).

Contoh :

  • Penelitian untuk menilai keefektifan tiga cara mengajar konsep dasar dan prinsip ekonomi di SD apabila guru tertentu dapat secara sukarela menjalankan pengajaran itu karena tertarik akan bahannya.
  • Penelitian pendidikan yang menggunakan pre test-post test, yang di dalamnya variabel seperti kematangan, efek testing, regresi statistik, atrisi selektif, dan adaptasi tidak dapat dihindari atau justru terlewat dan penelitian.
  • Berbagai penelitian mengenai berbagai problem sosial seperti kenakalan, keresahan, merokok, jumlah penderita penyakit jantung, dan sebagainya, yang di dalamnya kontrol dan manipulasi tidak selalu dapat dilakukan.

Ciri :

  1. Penelitian eksperimental-semu secara khas mengenai keadaan praktis, yang di dalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dan variabel tersebut. Si peneliti mengusahakan untuk sampai sedekat mungkin dengan ketertiban penelitian eksperimental yang sebenarnya, dengan hati-hati menunjukkan perkecualian dan keterbatasannya. Karena itu, atas identifikasi secara hati-hati mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi internal validity dan external validity.
  2. Perbedaan antara penelitian eksperimental-sungguhan dan penelitian eksperimental-semu adalah kecil, terutama kalau yang dipergunakan sebagai subyek adalah manusia misalnya dalam psikologi.
  3. Walaupun penelitian tindakan dapat mempunyai status eksperimental-semu, namun seringkali penelitian tersebut sangat tidak formal, sehingga perlu diberi kategori tersendiri. Sekali rencana penelitian telah dengan sistematis menguji masalah validitas, bergerak menjauhi alam intuitif dan penjelajahan (exploratory), maka permulaan metode eksperimental telah mulai terwujud.

9. Penelitian Tindakan (Action Research)

Menurut Sugiyono (2004:9) penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat.

Penelitian tindakan atau penelitian kaji tindak merupakan penelitian yang bersifat terapan atau applied research. Oleh karena itu penelitian tindakan dapat dinyatakan sebagai suatu proses yang dilalui oleh perorangan atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu, untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut, dan kemudian setelah sampai pada tahap kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melaksanakan prosedur itu.

Penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien. Selain itu, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru guna untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain. Selain itu, penelitian tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain.

Contoh :

Suatu program inservice training untuk melatih para konselor bekera dengan anak putus sekolah; untuk menyusun program penjajagan dalam pencegahan kecelakaan pada pendidikan pengemudi; dan untuk memecahkan masalah apatisme dalam penggunaan teknologi modem atau metode menanam padi yang inovatif.

Ciri :

  1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
  2. Menyediakan rangka-kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan perkembangan barn, yang lebih baik dari pada cara pendekatan impresionistik dan fragmentaris. Cara penelitian ini juga empiris dalam arti bahwa penelitian tersebut mendasarkan diri kepada observasi aktual dan data mengenai tingkah laku, dan tidak berdasar pada pendapat subyektif yang didasarkan pada pengalaman masa lampau.
  3. Fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan selama masa penelitiannya dan mengorbankan kontrol untuk kepentingan on the spot experimentation dan inovasi.
  4. Walaupun berupaya supaya sistematis, namun penelitian tidak akan terlepas dan ketidaktertiban ilmiah, karenanya validitas internal dan eksternalnya adalah lemah. Tujuannya situasional, sampelnya terbatas dan tidak representatif, dan kontrolnya terhadap variabel bebas sangat kecil. Karena itu, hasilnya walaupun berguna untuk dimensi praktis, namun tidak secara langsung memberi sumbangan kepada ilmunya.
Post a Comment

Post a Comment

Terimakasih telah memberikan komentar